Archives

  • EDISI KHUSUS - DARI ARKEOLOGI, RUANG MUNDARJITO KE SITUS WARISAN BUDAYA INDONESIA
    2022

    Editorial: DARI ARKEOLOGI RUANG MUNDARDJITO KE SITUS WARISAN BUDAYA INDONESIA

      

    Edisi khusus Jurnal Kritis ini didedikasikan untuk mengenang kembali Prof. Dr. Mundardjito setelah lebih dari satu tahun kepergian beliau. Edisi ini mencoba menjadi sebuah reminder bahwa pemikiran dan semangat Prof. Mundardjito tetap bersama kita dalam karya-karya penelitian dan tulisan yang terinspirasi olehnya. Para penulis pada edisi ini adalah teman dan murid Prof. Mundarjito, yang berupaya mengabadikan peran seorang tokoh arkeologi – sebuah peran yang diwarnai dedikasi penuh untuk kepentingan ilmu arkeologi di tengah perkembangan zaman yang tidak selalu berpihak pada pelestarian warisan budaya.

    Prof. Dr. Mundardjito kami kenal dan kami hormati karena karyanya yang inovatif dalam metode arkeologi, khususnya dalam kajian arkeologi keruangan, arkeologi permukiman dan pelestarian situs cagar budaya. Beliau juga adalah seorang arkeolog aktivis yang sangat gigih memperjuangkan “hak-hak” warisan budaya ditengah gencarnya pembangunan di Indonesia. Salah satu contoh kegigihannya tampak pada keberhasilan beliau dalam mengamankan situs bersejarah ibukota Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur dari kehancuran. Beliau, dengan strategi dan pemikirannya mampu menghentikan proyek bernilai puluhan milyar dari pemerintah pusat yang ia nilai merusak situs peninggalan kerajaan Majapahit tersebut.

    Pak Otty, begitu Prof. Mundardjito akrab dipanggil, adalah peneliti dermawan yang selalu bersedia membagikan ide-idenya dan selalu menyemangati kita agar tidak pernah menyerah pada masalah yang besar. Semenjak beliau memposisikan dirinya sebagai pengajar di Universitas Indonesia, pandangannya pada situs cagar budaya banyak diserap oleh para mahasiswanya yang sampai saat banyak lahir sebagai penerus perjuangan beliau. Bagi Pak Otty, arkeolog adalah mereka yang mengintegrasikan teori, pengetahuan, dan pengalaman dalam ilmu ini. Pengalaman lapangan adalah keharusan bagi seorang arkeolog, karena permasalahan arkeologi tidak hanya berada pada konteks ilmiah, melainkan pada konteks sosial di mana situs arkeologi berada, dan pemahaman ini hanya akan diperoleh saat seorang arkeolog berada di lapangan.

    Menjelajah bidang ilmu pengetahuan yang telah dibuka oleh Pak Otty adalah tujuan dari edisi khusus ini. Kami mengumpulkan dan meninjau sejumlah tulisan hingga akhirnya mengkompilasi tujuh artikel ilmiah, satu transkrip wawancara dan dua review buku pada edisi khusus ini. Tema yang menjadi jiwa dari edisi ini adalah warisan budaya dari berbagai sudut pandang, termasuk di antaranya pandangan kritis terhadap warisan budaya dalam penelitian, pelestarian, pembangunan, hukum dan teknologi. Harapannya, penjelajahan kami – dengan pemikiran dan gaya penyampaian yang berbeda dari Pak Otty – merupakan elaborasi dari apa yang telah diletakkan olehnya dalam bidang arkeologi, warisan budaya, dan ilmu budaya secara luas. Salah satu dari para penulis, Bambang Budi Utomo, murid Pak Otty di Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia dan rekan kerja dalam berbagai kegiatan lapangan yang akrab dipanggil Tommy, telah menyusul Prof. Mundarjito, meninggalkan kita di dunia fana baru-baru ini. “Jika diperkenankan, biarlah itu [“Islam di Nusantara: Bermula dari Permohonan Maharaja Sriwijaya pada Abad ke-10 Masehi”] menjadi tulisan Tommy terakhir yang diterbitkan,” kata istrinya, yang juga murid Prof. Mundarjito, melalui pesan whatsapp. Kami semua berduka – seorang ilmuwan pejuang lagi telah meninggalkan kita. Semoga semangat kritis dan berkarya Pak Otty dan juga Mas Tommy dapat kita teladani.

    Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin KRITIS yang dikelola oleh Center for Sustainable Development Studies (CSDS) Fakultas Interdisiplin UKSW menyambut baik penerbitan sejumlah artikel-artikel bernuansa warisan budaya karena kedekatan fokus kajian yang dimiliki oleh pusat studi ini karena pembangunan dan kebudayaan menjadi suatu kesatuan yang tidak akan terpisahkan. Kami menyadari bahwa semenjak awal masa kemerdekaan Indonesia, para cendekiawan dan budayawan telah mengusulkan dasar pembangunan bangsa yang berwawasan budaya. Budaya sebagai identitas bangsa menjadi pendorong kuat menuju sebuah pembangunan yang berkelanjutan. Namun perlu disadari pula bahwa warisan budaya juga kerap dianggap sebagai penghambat sebuah pembangunan. Kami menganggap dikotomi antara pembangunan dan warisan budaya adalah kesalahan yang perlu diluruskan, dan meskipun ini adalah topik yang kompleks, kekayaan warisan budaya bangsa kita yang berlimpah membuat topik ini perlu terus dijadikan diskusi bagi ilmuwan secara interdisipliner.